Rabu, 10 Desember 2014

Senin, 08 Desember 2014

Candi Bangkal

     Candi Bangkal  adalah sebuah candi peninggalan Majapahit yang terletak di Desa Kambangsari, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto ini sudah rusak cukup parah. Batu bata merah yang merupakan bahan utama penyusun candi ini nampak mulai banyak yang terkikis/terpotong/cuil di beberapa sudutnya.

Berada diantara sawah/kebun milik penduduk, lokasi Candi Bangkal ini masih mudah dikunjungi dikarenakan letaknya tidak jauh berada dari jalan desa yang masih bisa dilalui kendaraan roda empat. Sebuah jalan dari semen menghubungkan antara pintu masuk objek candi Bangkal dengan jalan desa tersebut.


Denah candi berbentuk segi empat. Pada kaki candi terdapat tangga menuju bilik candi. Di atas pintu bilik terdapat hiasan kala. Candi ini termasuk salah satu yang masih berdiri kokoh. hanya saja pada bagian atasnya, sepertinya tidak utuh lagi mungkin pernah runtuh sebelumnya. Relief-relief yang berada pada dinding kaki candi masih bisa terlihat cukup jelas, dan juga beberapa arca banaspati yang ada pada dinding badan candi masih terlihat menempel pada tempatnya. Total terdapat enam arca banaspati dengan 3 pada bagian pintu masuk (barat), dan masing-masing satu buah pada sisi-sisi lainnya.

Pada bagian dalam candi, yakni dibagian tengah atasnya masih terpampang relief Batara Surya yang mengendarai seekor kuda. Relief ini mengingatkan pada relief serupa pada Candi Jawi dan Candi Badut. Suatu hal yang menarik mengingat Candi Jawi dan Candi Badut tersusun dari batuan andesit, berbeda dengan Candi Bangkal yang tersusun dari bata merah, tapi kedua candi ini memiliki "tema" yang sama pada bagian atas-tengah-dalam candi.

Candi Bangkal Salah satu sudut kaki candi dengan relief yang masih cukup jelas untuk dinikmati Candi Bangkal diperkirakan dibangun antara abad ke 13 dan 14 Masehi, dimana pada masa tersebut terjadi pergeseran kekuasaan dari wilayah tengah jawa ke bagian timur jawa, seiring dengan dominasi kekuasaan Majapahit pada abad itu. Seperti umumnya candi-candi lain, Candi Bangkal memiliki pola simetris pada arsitekturnya.

 Menurut penuturan juru pelihara candi, di wilayah ini pernah terjadi gempa bumi. Akibatnya, beberapa rumah penduduk roboh. Namun, Candi Bangkal tetap berdiri kukuh, tak ada yang retak sedikit pun.

Candi Bangkal berpotensi sebagai objek wisata. Meski kalah populer dengan candi-candi di Trowulan, Mojokerto, namun bangunan candi ini tetap terlihat cantik dipadu dengan taman bunga yang terawat baik.

Setiap sehabis panen, warga setempat menggelar acara sedekah bumi. Dalam acara ini digelar pementasan wayang kulit

Jumat, 05 Desember 2014

Candi Belahan ( Sumber Tetek )

Candi Belahan terletak di lereng timur gunung Penanggungan. Candi ini berupa tempat pemandian yang sangat indah.Candi dengan bangunan yang sebagian menyatu dengan bukit ini dilengkapi dengan dua buah arca wanita Permaisuri Wisnu.Petirtaan Belahan, lebih dikenal dengan candi Belahan adalah sebuah pemandian bersejarah dari abad ke 11, di masa kerajaan Airlangga. Petirtaan Belahan terletak di sisi timur gunung Penanggungan, tepatnya di Dusun Belahan Jowo, Wonosunyo, Kecamatan Gempol. Menurut sejarah, selain sebagai tempat pertapaan Prabu Airlangga, petirtaan ini juga di fungsikan sebagai pemandian selir-selir Prabu Airlangga. Oleh karena itu, sebagai bentuk pengabdian dibangunlah 2 patung permaisuri Prabu Airlanga, yaitu Dewei Laksmi dan Dewi Sri. Pada dua patung tersebut, mengalir aliran air dari bentuk Payudara patung, dan karenanya petirtaan ini terkadang di sebut sebagai Sumber Tetek (Tetek : Payudara, Jawa)air yang keluar dari kedua tetek tersebut oleh masyarakat  biasa disebut  sebagai air kehidupan atau tirta maya bumi kahuripan
Singkat cerita,Pada tahun 1006 Raja Wurawari dari Lwaram (sekutu Sriwijaya) menyerang Watan, ibu kota Kerajaan Medang, yang tengah mengadakan pesta perkawinan. Dharmawangsa Teguh tewas, sedangkan keponakannya yang bernama Airlangga lolos dalam serangan itu. Airlangga adalah putera pasangan Mahendradatta (saudari Dharmawangsa Teguh) dan Udayana raja Bali. Ia lolos ditemani pembantunya yang bernama Narotama. Tatkala itu Beliau meloloskan diri dan masuk ke daerah Sambeng-ngimbang (LAMONGAN) yang dulunya di kenal dengan nama Gunung kendeng untuk mengamankan diri bersama narotama, Situs/tempat pengungsian itu kini di sebut Watu Dolog (tempat beristirahat/singgah, tidak jauh dari tempat tersebut juga terdapat situs Sendang Gantung sebuah sendang yang berbentuk kerucut dan airnya mengalir/sumbernya dari atas berpusar masuk ke lubang kerucut membentuk pusaran air. dan kemudian airlangga melanjutkan perjalanannya ke tempat yang lebih aman yaitu lereng penanggungan yang kini masuk wilayah mojokerto Ngoro, disana terdapat situs tempat pertapaan prabu airlangga yang di beri nama Jolotundo, Sejak saat itu Airlangga menjalani kehidupan sebagai pertapa.
Pada tahun 1009, datang para utusan rakyat meminta agar Airlangga membangun kembali Kerajaan Medang. Karena kota Watan sudah hancur, maka, Airlangga membangun ibu kota baru bernama Watan Mas di dekat Gunung Penanggungan, pada saat itulah prabu airlangga turun dari pertapaannya hijrah ke daerah Japanan tepatnya di desa belahan yang kini terdapat situs candi tetek.
Konon Candi Belahan adalah tempat menyimpan abu jenasah Prabu Airlangga, Raja Singosari yang meninggal pada tahun 1049.tapi pertanyaanya adalah dimana abunya sekarang ???

Gunung Penanggungan adalah gunung Suci yang merupakan replika Gunung Semeru. Terdapat sekitar 81 situs-situs Candi dan Pemujaan peninggalan Prabu Airlangga di lereng Gunung Penanggungan.

Rabu, 30 April 2014

Candi Dermo

Candi Dermo berada di desa Candinegoro kecamatan Wonoayu kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.

Candi Dermo mempunyai ukuran panjang 10.84 m lebar 10.77 m dan tinggi 13.50 m berdiri diatas lahan seluas ± 440 m2 dibuat dari bahan batu bata.
Catatan pertama mengenai Candi Dermo dapat dilihat pada laporan tertulis Belanda 1905 – 1913 dan 1914-1915.

Candi Dermo


Tampak Depan
Secara keseluruhan Candi Dermo merupakan gapura yang berbentu gapura Paduraksa,yang dalam ilmu kepurbakalaan yaitu gapura yang bagian atapnya menjadi satu.
Sebab ada gapura lain yang bentuknya terpisah.seolah ditarik kekanan atau kekiri.bentuk gapura yang atapnya terpisah seperti itu dalam ilmu kepurbakalaan disebut Candi Benta atau Gapura Belah.gapura ini bisa dibandingkan dengan gapura Bajang Ratu yang ada di Trowulan Mojokerto.


Pintu masuk Candi Dermo ini mengarah ke poros barat timur.
Dari bagian bagian yang tersisa dapat diketahuidan dipastikan bahwa dulunya gapura ini mempunyai pagar tembok atau sayap
Untuk mengetahui kapan dan oleh siapa candi ini dibuat atau dibangun belum dapat dipastikaan dan diketahui,sebab memang belum ada sumber tertulis atau angka tahun yang menyebutkan.Hanya saja dari segi bangunan, para ahli menduga bahwa Candi Dermo berasal dari abad ke 14.
Tampak Belakang


Link Tautan    :

Candi Pamotan

Pintu Masuk Candi
Candi Pamotan terletak di desa Pamotan kecamatan Porong kabupaten Sidoarjo Jawa Timur.

Candi Pamotan dibangun dengan bahan batu bata dengan ukuran panjang 4.8 m lebar 4.8 m dan tinggi 2.5 m.keadaan Candi Pamotan telah rusak,terutama bagian atap dan tubuhnya telah runtuh.pintu masuk candi ini berada di sebelah barat,hal ini dapat diketahui dengan adanya sisa tangga yang ada dibagian kaki candi
Bagian kaki candi tersusun atas bingkai – bingkai persegi dan sisi genta.

Candi Pamotan pertama kali diteliti oleh seorang Belanda yang bernama G.L.A.Brandes pada tahun 1903.tetapi sampai dengan tahun 1921 Candi Pamotan tak pernah dikunjungi oleh ahli.baru pada tahun 1923 diteliti oleh N.J.Krom,menurut Krom,bentuk profil bangunan candi merupakan bentuk yang lazim digunakan pada candi-candi Jawa Timur.
Tampak Dari Selatan
Tampak Dari Barat




Link Tautan    :


Sejarah:

Kata Pamotan biasa dipakai sebagai gelar jabatan yang diberikan kepada salah seorang keluarga raja Majapahit.penyandang gelar  pamotan berkuasa atas daerah  pamotan sebagai raja muda atau penguasa daerah.

Oleh karena itu Pamotan merupakan Negara Daerah yang sangat penting pada zaman Majapahit.kekuasaan tas Negara daerah itu selalu dirangkap oleh toko yang sudah memegang kekuasaan atas Negara daerah lain.contohnya ialah Bhre Pamotan I,yakni Wijaya Rajasa yang juga bergelar Bhre Wengker.

Namun demikian apakah bisa diartikan bahwa Candi Pamotan merupakan salah satu peninggalan kerajaan Majapahit?hal itu masih merupakan dugaan yang sebenarnya masih harus dikaji/diteliti secara archeologis.

Candi Sumur

Candi Sumur secara administratif terletak didukuh Candi pari wetan kecamatan Porong kabupaten Sidoarjo propinsi Jawa Timur.berada di atas lahan seluas 31.5 m pada ketinggian ± 4.42 m dari permukaan air laut.


Tampak Depan
Candi ini terbuat dari bata berdenah bujur sangkar dengan ukuran 8m × 8m dan tinggi 10 m menghadap ke barat.secara vertical arsitekturnya terdiri dari bagian kaki,tubuh dan atap, tetapi sudah tidak utuh karena rapuh oleh factor jamur dan penggaraman.pada bagian tubuh terdapat bilik kosong uang seharusnya berisi lingga – yoni.
Keberadaan candi ini dihubungkan dengan candi Pari yang berada ± 100 m disebelah utaranya.
Tampak Samping Kanan


Berdasrkan bentuk bangunan yang tidak jauh dari Candi Pari,maka diperkirakan candi ini didirikan sekitar abad XIV M dan berlatar belakang agama hindu.candi ini pernah dipugar pada tahun 1999 s/d 2003 oleh proyek pemanfaatan peninggalan sejarah dan purbakala Trowulan Jawa Timur.
Keadaan hasil pemugaran yaitu :
Kaki candi 70%
Tubuh 40%
Atap 40%

Selasa, 29 April 2014

Candi Pari

Candi Pari terletak di dusun candi Pari wetan ,desa candi Pari kecamatan Porong KabupatenSidoarjo-Jawa Timur.berdiri di atas tanah seluas ±1.310 m2 pada ketinggian ±4.42 m  dari permukaan laut.lokasi candi Pari dikelilingi oleh pemukiman penduduk.

Latar Belakang Sejarah   :

Penelitian dan publikasi tentang candi Pari baik berupa tulisan maupun foto – foto sudah banyak dilakukan oleh sarjana sarjana muda Belanda :
  • 1.      Hageman di dalam TBG II th 1854
  • 2.      P.J.veth,Java th 1878
  • 3.      JLA.Brandes ROC th 1903
  • 4.      J.Knebel ROC th 1905/1906
  • 5.      OV. Th 1913
  • 6.      FDK Bosh.ROD th 1915
  • 7.      Veerbek mengadakan inventaris th 1889 – 1891
  • 8.      NJ Korm dalam buku inleiding tot de hindoe – Javaansch Kunst 1923 

NJ Korm berpendapat,bahwa gaya arsitektur candi Pari mendapat pengaruh dari Champa khususnya dengan candi-candi di Mison.

Pengaruh ini tampak pada bentuk bangunan dan ornament.namun demikian candi Pari tetap menunjukkan karakter Indonesia.untuk mendukung pendapatnya NJ Krom menyebutkan adanya hubungan antara Indonesia dan Champa suatu daerah di Vietnam sekarang ini.sumber tertulis menunjukkan bahwa hubungan dagang antara Indonesia dan Champa sudah terjalin sejak jaman pra sejarah.hal ini berdasarkan temuan Nekara-Nekara perunggu gaya dong son di Jawa.pada masa klasik hubungan ini makin meningkat lagi.sumber prasasti dan periode Jawa Tengah,sedangkan sumber tertulis dari jaman Islam menyebutkan pengungsian orang orang Islam dari Champa ke Jawa Timur abad XV masehi.terdapat dalam hikayat Hasanudin ( Jan Edel 1983 ) dan kitab sejarah Melayu (Situmorang dan Tecuw 1952 )Peristiwa tersebut terjadi setelah jatuhnya raja Pan Kubah akibat serangan dari raja Koci.yaitu pengungsian orang –orang Campa ke Jawa karena stabilitas di negeri Champa tidak aman.dalam hubungannya dengan candi Pari,pengungsian orang Champa ke Jawa tahun 1318 masehi,oleh penguasa Majapahit kedatangannya diterima dengan baik.konsekuensi logisnya disediakan tempat oleh raja Champa dan pengikutnya,dan akhirnya asimilasi tersebut tampak pada bangunan di candi Pari,bangunan suci berkarakter Jawa yang dipengaruhi oleh kesenian Champa.
Pintu masuk Candi
Tampak depan Candi



Tangga menuju pintu masuk candi

Pendirian Candi Pari :

Di atas pintu masuk candi Pari dipahatkan angka tahun 1293 saka ( 1371 masehi )dengan demikian candi Pari didirikan pada masa kejayaan kerajaan Majapahit,dibawah pemerintahan raja Hayam wuruk.
Adapun ciri – ciri Campa pada bangunan candi Pari justru menunjukkan tingginya toleransi dibidang kebudayaaan pada waktu itu.

Latar Belakang Keagamaan :

Di dalam ROD tahun 1915 disebutkan bahwa didekat candi Pari dan desa sekitarnya pernah ditemukan dua arca Siwa Mahadewa,dua arca Agastya,tujuh arca Ganesya dan tiga arca Budha.yang semuanya telah disimpan di museum nasional Jakarta.latar belakang keagamaan candi Pari bersifat Hindu,hal ini ditunjukkan relief sankha di candi Pari yang merupakan atribut dalam keagamaan hindu.

Arsitekture Bangunan :

Candi Pari dibangun menghadap ke barat dengan ukuran panjang 13.55 m,lebar 13.40 m dan tinggi 13.80 m.terbuat dari batu bata,sedangkan ambang atas dan bawah pintu masuk bilik candi menggunakan batu andesit.secara arsitektural candi Pari mempunyai perbedaan dengan candi – candi lainnya di Jawa Timur.perbedaan ini nampak pada bentuk fisik candi Pari yang agak tambun dan tampak kokoh seperti candi candi di Jawa Tengah.sedangkan candi – candi di Jawa Timur mempunyai bentuk ramping,selain itu perbedaan nampak pada bentuk kaki,badan dan ornament candi.

Kaki Candi :

Kaki candi Pari bertingkat dua,yaitu kaki candi atas dan kaki candi bawah.dan di dalam ilmu arkeologi kaki bawah disebut dengan istilah Batur.
  • a.      Kaki candi 1 ( batur ) berdenah persegi empat bujur sangkar dengan ukuran panjang 13.55m ,lebar 13.40m,tinggi 1.50m terdapat dua buah jalan masuk menuju kepintu bilik candi.kedua jalan masuk tersebut merupakan trap/susunan anak tangga dengan arah utara selatan dan selatan utara.jalan masuk seperti ini tidak bisa kita temui pada candi candi di Jawa Timur.susunan bata pada kedua anak tangga masuk masih asli.tetapi kondisinya sudah aus dan pipi tangga dalam keadaan rusak,pada bidang atasnya terdapat selasar selebar 1.70m.
  • b.      Kaki II.berdenah bujur sangkar dengan ukuran panjang 10m,lebar 10m dan tinggi 1.95m.pada salah satu sisi terdapat tangga naik menuju kebilik candi.tangga naik tersebut merupakan susunan baru dengan menggunakan bata lama.pada bagian dinding candi telah mengalami konsolidasi pada jaman kolonial Belanda.

Badan Candi :

Badan candi berbentuk bujur sangkar dengan ukuran panjang 7.80m,lebar 7.80m,tinggi 6.30m.pintu masukberbentuk segi empat dengan panjang 2.90m,lebar 1.23m,tebal 1m dengan tujuh buah Doorpie. 
Salah satu Doorple terbuat dari batu andesit dengan pahatan angka 1293 saka ( 1371 maehi ) dan hiasan berbentuk segitiga.ambang atas dan pintu masuk ini pernah mengalami konsolidasi pada jaman colonial Belanda,yaitu diberi tambahan enam buah balok jati.tetapi setelah dipugar pada tahun 1994 – 1999 diganti dengan tujuh buah batu andesit.profil bata candi yang masih tampak jelas yaitu profil badan bagian atas,berupa sebuah bentuk sisi genta dengan lis lis polos,sedangkan ditengah dinding badan lainnya terdapat pahatan berupa miniatur candi dengan hiasan bunga teratai dan rangka.dikanan kiri pahatan miniature candi pada masing masing dinding mempunyai lubang angin sebanyak enam buah.

BilikCandi:

Sebagian bilik candi merupakan tatanan baru dengan menggunakan bata lama.susunan lantai asli masih nampak di sudut barat daya dan sudut barat laut bilik candi.didalam bilik candi sekarang ini sudah tidak ada arcanya lagi,akan tetapi dibagian tengah dinding timur ( diantara lubang angin ) terdapat sebuah tonjolan sebagai tempat sandaran arca,ukuran bilik candi 6 × 6 m.

Atap Candi:

Atap candi sebagian besar telah runtuh,dengan ukuran panjang 7.80 m lebar 7.80 m dan tinggi 4.05 m.hiasan yang masih Nampak pada dinding atap berupa hiasan menara menara pejal sudah tidak lengkap lagi.antefik yang terlihat samar – samar serta hiasan binatang bertelinga panjang juga sudah aus

Ornamen:

Candi Pari tidak memiliki ornament,pada kaki candi I ( batur ) terdapat hiasan berbentuk semacam panel polos tanpa hiasan.sedangkan di kaki II detengah sisi terdapat pahatan berbentuk seperti alas arca atau candi tanpa atap.pada tubuh candi terdapat pahatan semacam panel panel besar polos tanpa hiasan.didinding barat tepat diatas pintu masuk terdapat hiasan segitiga sama sisi,bagian kecilnya berada diatas.pada bagian tengah dinding utara,timur dan selatan candi terdapat hiasan miniature yang atapnya bertingkat lima dengan puncaknya berbentuk kubus.diatas ambang pintu dan pada masing masing tingkatan atap miniature candi terdapat hiasan teratai dan dipuncaknya ada hiasan ( angka ) atau sangkha? Candi pari yang kita lihat saat ini hasil pemugaran tahun 1994 – 1999 oleh Kanwil Depdikbud dan Suaka peninggalan sejarah dan purbakala Jawa Timur melalui dana proyek pelestarian/pemanfaatan peninggalan sejarah dan purbakala Jawa Timur. 

Sumber : Kanwil Depdikbud dan Kepubakalaan Jawa Timur